Phone Handphone 2010 Terbaru

Info Handphone 2010 Terbaru - Hari gini siapa coba yang ga punya sama yang nama-nya Handphone atau lebih enak kita sebut “Hp”, mulai dari orang tua, remaja ampe anak2. Orang kantoran, anak sekolah, pegawai, montir, kuli, pengamen ampe pengemis juga pada punya Hp.....so.. kali ini ga ada salah-nya gue pengen nampilin koleksi “Foto Handphone terbaru 2010″ yang mungkin udah ada atau baru akan muncul di pasaran, diantara foto handphone berikut kira2 ada yang kaya kamu punya ga yach ..?? monggo di locking2 .. nerd

Inilah Foto Handphone terbaru 2010 :

Nokia 5610



Nokia 5230 :



N97 :


Sony Ericsson


Sony Ericsson W61S :



Sony Ericsson T700 Slim :


Sony Ericsson W580WH :



Sony Ericsson T303 :



Sony Ericsson Quick Share :



Sony Ericsson CyberShot TX1 :


Samsung

Samsung Blue Earth :



Samsung S9402 ego :



Samsung Prestonblack :



Samsung ?? :





Motorola android :



Motorola MB200 :



LG KC 780 :



iPhone :



i-mobile :



Kingsun :

Pendahuluan Sistem diagnostik DNA

3d_model_dnaKonsep umum
Materi genetik dari suatu organisme mengandung informasi esensial yang menyumbangkan berbagai fitur dan karakteristik organisme tersebut. Sebagai contoh, patogenitas bakteri bisa jadi karena kehadiran dari gen spesifik atau sekelompok gen. Sama seperti itu, alterasi dari gen bisa menyebabkan penyakit yang diturunkan pada manusia. Dalam teori, sekuens nukleotida yang berkontribusi pada karakteristik biologis tertentu adalah sidik jari tertentu yang unik, bila dapat dideteksi bisa digunakan sebagai penentu diagnostik yang definit.
Hibridisasi asam nukleat adalah dasar untuk esei yang cepat dan terpercaya. Basis fisis dari sistem ini adalah pemasangan basa nukleotida yang tepat dan ikatan hidrogen antara satu string dari nukleotida dan sekuens nukleotida komplemennya. Skema hibridisasi asam nukleat pada laboratorium secara umum adalah sebagai berikut:
  1. Ikat DNA untai tunggal (target) pada membran pendukung.
  2. Tambahkan DNA untai tunggal berlabel (probe) pada kondisi yang cocok dari temperatur dan kekuatan ionik untuk mempromosikan pemasangan basa antara probe dan DNA target.
  3. Cuci dukungan untuk menghilangkan probe DNA berlebih yang tidak terikat.
  4. Deteksi sekuens hibrid yang terbentuk antara probe dan DNA target.
  5. Test diagnostik hibridisasi asam nukleat memiliki tiga elemen kritis: DNA probe, DNA target, dan deteksi signal. Tipe sistem deteksi ini dapat menjadi sangat spesifik atau sangat sensitif.
Probe Hibridisasi
Untuk menjadi efektif, probe hibridisasi asam nukleat harus memiliki spesifitas yang sangat tinggi. Dengan kata lain, probe harus hibridisasi secara eksklusif pada sekuens asam nukleat target yang dipilih. Positif palsu (i.e., respon pada ketidakhadiran sekuens target) dan negatif palsu mengganggu kegunaan dari prosedur diagnostik. Probe dapat menjadi spesifik pada berbagai tingkat organismik. Mereka dapat membedakan antara dua atau lebih spesies, menentukan strain tertentu dalam suatu spesies, atau mengidentifikasi perbedaan antara gen. Bergantung pada keperluan dari protokol test, probe bisa DNA atau RNA; panjang (>100 nukleotida) atau pendek (<50 nukleotida); disintesa secara kimia, mengklon gen yang utuh, atau mengisolasi daerah tertentu dari gen.
Sekuens yang dapat membuat probe efektif dapat diisolasi dalam berbagai cara. Sebagai contoh, DNA dari organisme patogen dapat dipotong dengan restriksi endonuklease dan diklon ke vektor plasmid. Plasmid rekombinan ditapiskan dengan DNA genomik dari strain yang patogen dan non-patogen. Plasmid-plasmid tersebut yang mengandung sekuens yang berhibridisasi hanya pada strain patogen dari dasar probe spesifik. Test hibridisasi tambahan dengan DNA dari berbagai rentang organisme selanjutnya dilakukan untuk meyakinkan bahwa sekuens probe kandidat tidak melakukan hibridisasi silang. Setiap probe potensial juga diuji dalam kondisi sampel yang disimulasi. Kondisi sampel, termasuk kehadiran dari kultur campuran, untuk menentukan tingkat sensitivitasnya.
Kemampuan untuk melakukan esei diagnostik probe asam nukleat secara langsung pada sampel yang ada tanpa kultur tambahan atau prosedur ekstraksi yang membuang waktu adalah sangat diinginkan, terutama dengan spesimen klinis. Peneliti telah berhasil menggunakan probe yang berhibridisasi dengan DNA target dari sampel feses, urin, darah, kumur, dan sampel jaringan, tanpa purifikasi DNA yang ekstensif. Jika sekuens target adalah jarang pada sampel kerja, PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasinya.
Prosedur Hibridisasi Nonradioaktif
Dalam mayoritasi laboratorium riset, hibridisasi asam nukleat dideteksi secara rutin dengan melabel probe dengan isotop radioaktif, umumnya fosfor-32. Aktivitas spesifik yang tinggi menjamin rasion signal ke suara yang bagus. Dalam sistem deteksi standar, probe radioaktif dicampur dengan DNA target yang terikat pada membran pendukung. Setelah pencucian, pendukung bebas dari DNA probe yang tak terhibridisasi, kehadiran dari radioaktif ditentukan dengan meletakkan membran pada film sinar-X (autoradiografi).
Bagaimanapun, fosfor-32 waktu hidupnya pendek, berpotensi bahaya, dan memerlukan peralatan laboratorium spesial untuk pembuangan dan penanganan yang aman, maka sistem nonradioaktif untuk pembentukan signal DNA hibrid juga dikembangkan. Sistem deteksi nonradioaktif mencapai amplifikasi signal dengan konversi enzimatis dari substrat kromogenik dan kemiluminesen. Substrat kromogenik mengubah warna dan substrat kemiluminesen mematikan lampu ketika mereka dikonversi menjadi produk spesifik oleh enzim yang cocok. Signal dideteksi, dikebanyakan sistem, dengan menggabungkan nukleotida yang dilabel biotin ke probe DNA.
Daftar Pustaka
  1. Glick dan Pasternak. Molecular Biotechnology. ASM Press. 1990.
  2. Maria Odete et al. Detection of Human Papillomavirus DNA by the Hybrid Capture Assay. The Brazillian Journal of Infectious Diseases. Hal 121-125. 2003.

BAB I
PENDAHULUAN


Kromatografi adalah suatu metode untuk pemisahan tertentu. Cara ini telah ditemukan oleh TSWETT pada tahun 1903, ia menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa berwarna tersebut. Sekarang kromatografi tidak hanya untuk pemisahan senyawa berwarna saja tetapi untuk senyawa yang tidak berwarna, termasuk gas.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Pemisahan tergantung dari gerakan kedua fasa ini. Jika fasa tetap berupa zat padat dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi serapan (absorption chromatography). Jika fasa tetap berupa zat cair dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi partisi (partition chromatography).
Semua pemisahan dengan kromatografi terdistribusi sendiri diantara fasa-fasa bergerak dan dalam perbandingan yang berbeda.
Kromatografi ada bermacam-macam yaitu:
1. Kromatografi lapis tipis
2. Kromatografi penukar ion
3. Kromatografi gas padat
4. Kromatografi gas cair
5. Kromatografi kertas
6. Kromatografi kolom

Dalam makalah ini kami hanya membicarakan tentang Kromatografi Kertas.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang pengenalan kromatografi kertas, garis besar secara umum dari cara kerja, alat dan teknik kromatografi kertas, serta kertas yang digunakan sebagai media (fasa diam) dari kromatografi kertas.

BAB II
ISI

II.a. Pengenalan kromatografi kertas
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik (suka air) dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan pada udara lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom.

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas adalah kertas saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang ditotolkan pada kertas dengan kecepatan berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat beragam, misal: air, etanol, asam asetat, dll.
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-asam amino, gula, atau pigmen-pigmen alam.
Kromatografi kertas merupakan penemuan yang paling baik bagi kimiawan. Hal ini dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino. Bagi kimiawan pemisahan asam-asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapinya, sehingga penemuan kromatografi kertas dianggap berita sangat baik.hal tersebut juga dikarenakan asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap.

II.b. Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja
Larutan cuplikan atau campuran zat yang akan dipisahkan ditotolkan pada kertas saring didaerah yang sudah diberi tanda dimana cuplikan tersebut akan meluas membentuk sebuah noda yang bulat. Setelah menotolkan cuplikan maka tunggu totolan cuplikan tersebut kering. Diameter totolan yang membentuk noda tidak lebih dari 0,4 cm. Hal ini dikarenakan agar noda cuplikan (totolan cuplikan) pada saat dilakukan elusi, setelah pengeringan tidak menyatu antara noda satu dengan noda yang lain, sehingga dapat memisah. Setelah noda (totolan cuplikan) kering masukkan atau gantung kertas dalam bejana tertutup (lemari kromatografi) yang tercelup dalam pelarut atau eluen yang dipilih sebagai fasa bergerak. Jangan sampai noda tercelup dalam eluen (pelarut) karena dapat mengakibatkan senyawa yang dipisahkan akan terlarut dari kertas.
Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen (pita kromatogram) dalam laju yang berbeda. Bila permukaan pelarut telah bergerak dengan cukup jauh dan dengan waktu yang ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan (pengeringan bisa dilakukan dengan hairdryer). Jika senyawa-senyawa berwarna maka akan terbentuk dan terlihat noda-noda yang terpisah. Bila senyawa tak berwarna maka harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Cara yang biasa digunakan adalah dengan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna dari senyawa-senyawa tersebut. Untuk mendeteksi bisa juga dengan sinar ultra ungu atau teknik radio kimia.

Bila akan melakukan pemisahan dengan cara kromatografi kertas maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1) Metoda (penaikkan, penurunan, atau mendatar)
2) Macam dari kertas
3) Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak)
4) Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
5) Pembuatan cuplikan
6) Waktu pengembangan
7) Metode deteksi dan identifikasi

II.c. Alat dan Teknik

1. Alat
Alat yang pokok adalah bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang diatasnya ditutup agar mencegah penguapan dari pelarut (jika pelarut menguap maka tidak bisa dijadikan fase gerak karena syaratnya pelarut/eluen harus jenuh). Alat yang lain kertas saring, dan penutup bejana. Untuk menyangga agar kertas tidak lepas bisa ditali pada penutup bejana.

2. Teknik
Kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas Whatmann yang secara komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai kertas Whatmann no. 1 dengan kecepatan sedang. Sejumlah cuplikan ditotolkan menggunakan mikropipet pada jarak beberapa cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horisontal dengan pensil. Spot atau noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yang sesuai untuk dikembangkan.
Terdapat tiga metode pengembangan pada kromatografi kertas, yaitu:
  • Metode penaikkan (ascending)
Prinsipnya: Kertas digantung sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan tidak sampai tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler yang menggerakkan komponen dengan jarak yang berbeda-beda.
  • Metode penurunan (descending)
Prinsipnya: Kertas digantung dalam bejana dimana aliran mulai bergerak, dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak turun membawa komponen melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.
  • Metode mendatar (radial)
Kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa komponen yang dipisahkan.
Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka kertas dikeluarkan dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan. Jika senyawa yang dipisahkan berwarna maka akan nampak sebagai noda-noda yang terpisah. Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumnya senyawa organik), maka dapat dideteksi dengan cara fisika atau kimia.
Pada cara fisika noda komponen disinari lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 254-370 nm yang akan memberikan fluorescensi. Secara kimia noda disemprot dengan pereaksi tertentu, sehingga memberikan warna spesifik. Biasanya untuk mendeteksi asam-asam amino digunakan pereaksi ninhidrin 0,1 % dalam butanol. Warna akan nampak merah-ungu sekitar 4 menit setelah dipanaskan 100oC. Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas harga Rf dapat diketahui.

Contoh: Apabila kita mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena itu, yang mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-masing tinta ditotolkan pada garis dasar pensil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di totolkan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

Contoh: Kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Campuran asam amino akan memisahkan asam amino tertentu yang terdapat dalam campuran. Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui ditotolkan disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya.
Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.
Penyemprotan ninhidrin tujuannya adlah agar bercak noda terlihat dan terbentuk warna sehingga dapat mengetahui keberadaan asam amino.

** Kromatografi kertas dua arah**
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan untuk pemisahan substansi atau campuran yang mempunyai nilai Rf yang serupa. Posisi pelarut ditandai dengan pensil sebelum kertas tersebut kering. Posisi ini ditandai dengan SF1, SF1 adalah untuk pelarut pertama. Pada gambar diatas dapat kita lihat bercak atau noda pusat besar dalam kromatogram berwarna sebagian biru dan sebagian lagi hijau. Dua pewarna dalam campuran atau bercak noda tersebut mempunyai nilai Rf yang hampir sama. Tunggu kertas diatas hingga kering seluruhnya untuk perlakuan yang kedua, yang pasti dengan pelarut yang berbeda. Setelah kertas kering lalu kertas tersebut diputar 900, lalu lakukan pemisahan kembali dengan pelarut berbeda.

II.d. Kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak.

Berbagai macam kertas yang tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM
Kertas yang lain adalah:
a. Kertas asam asetil: dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik
b. Kertas silikon
c. Kertas penukar ion
d. Kertas selulosa murni
e. Kertas selulosa yang dimodifikasi
f. Kertas serat kaca: untuk reagen yang korosif

Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah:
  1. Tingkat dan kesempurnaan pemisahan
  2. Difusivitas pembentukan spot
  3. Pembentukan komet
  4. Laju pergerakan pelarut
Kertas yang akan digunakan harus disimpan dalam ruang tertutup atau di tempat yang kering, jauh dari sumber uap terutama yang mempunyai afinitas (kekuatan) tinggi terhadap selulosa. Dalam kromatografi kertas menggunakan kertas saring Whatmann No.1 sampai sekarang masih dipakai. Kertas dalam pemisahan mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut, tetapi aliran pelarut pada suhu tertentu, ditentukan oleh kerapatan dan tebal dari kertas. Penurunan kerapatan atau kenaikan tebal memberikan kecepatan aliran yang lebih tinggi. Kertas Whatmann No.4 mempunyai karakteristik yang mirip seperti No.1, tetapi kira-kira memberikan efek dua kali lebih cepat. Kertas-kertas yang lebih tebal (Whatmann No.3 atau 3 MM) biasanya digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena kertas tersebut dapat menampung lebih banyak cuplikan tanpa menaikkan area dari noda mula-mula.


BAB III
KESIMPULAN

Kromatografi kertas adalah salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari suatu campuran zat. Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya (campuran zat) menjadi komponen-komponennya (pita-pita kromatogram). Fasa diam dari kromatografi kertas adalah kertas serap dan fasa gerak adalah pelarut (campuran pelarut yang sesuai).
Secara umum cara kerja kromatografi kertas yaitu: kertas dimasukkan dalam bejana tertutup untuk dijenuhkan dengan uap pelarut (eluen) dalam waktu yang ditentukan dan dilakukan elusi. Lalu kertas diambil dan dikeringkan untuk mengetahui bercak noda yang terbentuk. Bila senyawa yang diidentifikasi berwarna maka setelah dikeringkan bercak noda yang terpisah akan tampak, tetapi jika senyawa yang diidentifikasi tidak berwarna maka setelah dikeringkan tidak tampak bercak noda, untuk mengetahui bercak noda tersebut harus direaksikan dengan pelarut tertentu.
Alat yang digunakan dalam kromatografi kertas ini adalah bejana yang terbuat dari gelas, platina/logam tahan karat yang di atasnya ditutup. Teknik kromatografi kertas ada tiga yaitu: metode penurunan, penaikkan dan mendatar.
Kromatografi kertas menggunakan kertas Whatmann No. 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas yang lain biasa digunakan adalah kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silicon, kertas penukar ion dan kertas selulosa murni. Kertas dalam pemisahan mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut.


DAFTAR PUSTAKA



Yazid, Estien, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis, C.V. Andi Offset : Yogyakarta.

Dr. Sastrohamidjojo, Hardjono, 2001. Kromatografi, Liberty : Yogyakarta.

www. Chem-is-try org/ kromatografi/ kromatografi-kertas/ Situs Kimia Indonesia.

www. kromatografi kertas. annisanfushie. wordpress. com/ 2009/ 07/.

www. Chem-is-try.org/ faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan-kompleks/ Situs

Kimia Indonesia.
 
JAGOAN © 2011 | Designed by Chica Blogger, in collaboration with Uncharted 3, MW3 Forum and Angry Birds Online