3-bekal-menyambut-ramadhan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Tinggal menunggu hitungan jam kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Tidak terlambat memang, walau hal ini baru rumaysho.com sampaikan karena mengingat beberapa waktu lalu website dalam masa rekontruksi server. Kita akan melihat tiga bekal yang semestinya disiapkan sebelum memasuki bulan Ramadhan yang kami simpulkan dari wejangan para ulama. Tiga bekal tersebut adalah:
Pertama: Bekal ilmu.
Bekal ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
"Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan."  (Al Amru bil Ma'ruf, hal. 15). Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa. Tidak tahu jika dzikir bareng-bareng entah sehabis shalat lima waktu atau di antara tarawih atau sehabis witir, itu tidak ada dalilnya, akhirnya yang didapat hanya rasa capek karena tidak menuai pahala. Ingatlah syarat diterimanya ibadah bukan hanya ikhlas. Ibadah bisa diterima jika mengikuti tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, alias ada dalilnya. Namun demikianlah masyarakat kita kadang beribadah asal-asalan, asal 'ngikut', yang penting ikhlas katanya, padahal ibadah yang dilakukan tidak ada dalil dan tuntunannya. Apa saja kata pak Kyai, pokoknya 'manut'? Wallahul musta'an.
Silakan pembaca rumaysho.com membaca artikel-artikel puasa dan amalan di bulan Ramadhan di web ini. Sudah disajikan di category puasa dan amalan secara lebih lengkap. Semoga dengan ilmu tersebut, ibadah kita menjadi lebih baik dan diterima oleh Allah.
Kedua: Perbanyak taubat.
Inilah yang dianjurkan oleh para ulama kita. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, perbanyaklah taubat dan istighfar. Semoga di bulan Ramadhan kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan Ramadhan. Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:61). Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni. Moga Allah menerima taubat-taubat kita sebelum memasuki waktu barokah di bulan Ramadhan sehingga kita pun akan mudah melaksanakan kebaikan.
Di antara do'a untuk meminta segala ampunan dari Allah adalah do'a berikut ini:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
Allahummagh-firlii khothii-atii, wa jahlii, wa isrofii fii amrii, wa maa anta a’lamu bihi minni. Allahummagh-firlii jiddi wa hazlii, wa khotho-i wa ‘amdii, wa kullu dzalika ‘indii” (Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan) (HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719).
Catatan penting yang mesti kami sampaikan. Mungkin selama ini tersebar sms maaf-maafkan di tengah-tengah kaum muslimin menjelang Ramadhan. Ingat bahwa meminta maaf itu memang disyariatkan  terhadap sesama apalagi ketika berbuat salah, betul memang bentuk taubatnya adalah minta dimaafkan. Namun bukan jadi kelaziman setiap orang harus minta maaf, padahal tidak ada salah apa-apa. Apalagi kelirunya lagi jika hal ini dianggap kurang afdhol jika tidak dijalani menjelang Ramadhan. Hanya Allah yang beri taufik.
Ketiga: Banyak memohon kemudahan dari Allah.
Selain dua hal di atas, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon do'a pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur'an dan kebaikan lainnya.
Do'a yang bisa kita panjatkan untuk memohon kemudahan dari Allah adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” [artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah).
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
"Allahumma inni as-aluka fi'lal khoiroot wa tarkal munkaroot." (Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran). (HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani).
Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita lebih baik dari sebelumnya. Marilah kita menyambut Ramadhan mubarok dengan suka cita, diiringi ilmu, taubat dan perbanyak do'a kemudahan.
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.

Wallahu waliyyut taufiq.

amalan ketika berbuka puasa

AddThis Social Bookmark Button
Cetak PDF
sunnah_buka_puasaKetika berbuka puasa sebenarnya terdapat berbagai amalan yang membawa kebaikan dan keberkahan. Namun seringkali kita melalaikannya, lebih disibukkan dengan hal lainnya. Hal yang utama yang sering dilupakan adalah do'a. Secara lebih lengkapnya, mari kita lihat tulisan berikut seputar sunnah-sunnah ketika berbuka puasa:
Pertama: Menyegerakan berbuka puasa.
Yang dimaksud menyegerakan berbuka puasa, bukan berarti kita berbuka sebelum waktunya. Namun yang dimaksud adalah ketika matahari telah tenggelam atau ditandai dengan dikumandangkannya adzan Maghrib, maka segeralah berbuka. Dan tidak perlu sampai selesai adzan atau selesai shalat Maghrib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)
Dalam hadits yang lain disebutkan,
لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275, sanad shahih). Inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi, 63)
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164, hasan shahih)
Kedua: Berbuka dengan rothb, tamr atau seteguk air.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik di atas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai berbuka dengan rothb (kurma basah) karena rothb amat enak dinikmati. Namun kita jarang menemukan rothb di negeri kita karena kurma yang sudah sampai ke negeri kita kebanyakan adalah kurma kering (tamr). Jika tidak ada rothb, barulah kita mencari tamr (kurma kering). Jika tidak ada kedua kurma tersebut, maka bisa beralih ke makanan yang manis-manis sebagai pengganti. Kata ulama Syafi'iyah, ketika puasa penglihatan kita biasa berkurang, kurma itulah sebagai pemulihnya dan makanan manis itu semakna dengannya (Kifayatul Akhyar, 289). Jika tidak ada lagi, maka berbukalah dengan seteguk air. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits Anas di atas.
Ketiga: Sebelum makan berbuka, ucapkanlah 'bismillah' agar tambah barokah.
Inilah yang dituntunkan dalam Islam agar makan kita menjadi barokah, artinya menuai kebaikan yang banyak.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta'ala (yaitu membaca 'bismillah'). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta'ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”." (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858, hasan shahih)
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ »
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?" Beliau bersabda: "Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri." Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya." (HR. Abu Daud no. 3764, hasan). Hadits ini menunjukkan bahwa agar makan penuh keberkahan, maka ucapkanlah bismilah serta keberkahan bisa bertambah dengan makan berjama'ah (bersama-sama).
Keempat: Berdo'a ketika berbuka "Dzahabazh zhoma-u ..."
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ».
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika telah berbuka mengucapkan: 'Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)'." (HR. Abu Daud no. 2357, hasan). Do'a ini bukan berarti dibaca sebelum berbuka dan bukan berarti puasa itu baru batal ketika membaca do'a di atas. Ketika ingin makan, tetap membaca 'bismillah' sebagaimana dituntunkan dalam penjelasan sebelumnya. Ketika berbuka, mulailah dengan membaca 'bismillah', lalu santaplah beberapa kurma, kemudian ucapkan do'a di atas 'dzahabazh zhoma-u ...'. Karena do'a di atas sebagaimana makna tekstual dari "إِذَا أَفْطَرَ ", berarti ketika setelah berbuka.
Catatan: Adapun do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)” Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).  Begitu pula do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih. Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
Kelima: Berdo'a secara umum ketika berbuka.
Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do'a. Jadi janganlah seorang muslim melewatkannya. Manfaatkan moment tersebut untuk berdo'a kepada Allah untuk urusan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396, shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194).
Keenam: Memberi makan berbuka.
Jika kita diberi kelebihan rizki oleh Allah, manfaatkan waktu Ramadhan untuk banyak-banyak berderma, di antaranya adalah dengan memberi makan berbuka karena pahalanya yang amat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, hasan shahih)
Ketujuh: Mendoakan orang yang beri makan berbuka.
Ketika ada yang memberi kebaikan kepada kita, maka balaslah semisal ketika diberi makan berbuka. Jika kita tidak mampu membalas kebaikannya dengan memberi yang semisal, maka doakanlah ia.  Dari 'Abdullah bin 'Umar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
"Barangsiapa yang memberi kebaikan untukmu, maka balaslah. Jika engkau tidak dapati sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka do'akanlah ia sampai engkau yakin engkau telah membalas kebaikannya." (HR. Abu Daud no. 1672 dan Ibnu Hibban 8/199, shahih)
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى
“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku]" (HR. Muslim no. 2055)
Kedelapan: Ketika berbuka puasa di rumah orang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud no. 3854 dan Ibnu Majah no. 1747 dan Ahmad 3/118, shahih)
Kesembilan: Ketika menikmati susu saat berbuka.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ. وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ
"Barang siapa yang Allah beri makan hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa ath'imnaa khoiron minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik darinya). Barang siapa yang Allah beri minum susu maka hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa zidnaa minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah darinya). Rasulullah shallallahu wa 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu." (HR. Tirmidzi no. 3455, Abu Daud no. 3730, Ibnu Majah no. 3322, hasan)
Kesepuluh: Minum dengan tiga nafas dan membaca 'bismillah'.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كان يشرب في ثلاثة أنفاس إذا أدنى الإناء إلى فيه سمى الله تعالى وإذا أخره حمد الله تعالى يفعل ذلك ثلاث مرات
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa minum dengan tiga nafas. Jika wadah minuman didekati ke mulut beliau, beliau menyebut nama Allah Ta’ala. Jika selesai satu nafas, beliau bertahmid (memuji) Allah Ta’ala. Beliau lakukan seperti ini tiga kali.” (Shahih, As Silsilah Ash Shohihah no. 1277)
Kesebelas: Berdoa sesudah makan.
Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath'amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)
Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17: 51)
Demikian beberapa amalan ketika berbuka puasa. Moga yang sederhana ini bisa kita amalkan. Dan moga bulan Ramadhan kita penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Wallahu waliyyut taufiq.

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.

Indeks Eritrosit


Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi (MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas distribusi eritrosit). Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.

Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.


Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)

MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu membaginya dengan hitung eritrosit.

MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :
  • Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)
  • Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
  • Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
  • Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
  • Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
Masalah klinis :
  • Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi.
  • Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)



Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH)

MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan hitung eritrosit.

MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :
  • Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)
  • Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
  • Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg
  • Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg
MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.


Kadar hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC)

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit.

MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %

Nilai rujukan :
  • Dewasa : 32 - 36 %
  • Bayi baru lahir : 31 - 35 %
  • Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
  • Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

Luas distribusi eritrosit (RBCdistribution width)

RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW adalah pengukuran luas kurva distribusi ukuran pada histogram. Nilai RDW dapat diketahui dari hasil pemeriksaan darah lengkap (full blood count, FBC) dengan hematology analyzer. Nilai RDW berguna untuk memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi tanda dan gejala.

Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada : anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium : lihat penetapan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit.

Sel LE


Pada lupus eritematosus disseminata atau lupus eritematosus sistemik (SLE), terdapat autoantibodi (faktor LE) dalam fraksi gamma globulin yang berpengaruh terhadap lekosit yang telah rusak. Autoantibodi yang mengarah ke fenomena sel LE mengikat histon pada inti sel. Lekosit itu berubah menjadi massa yang homogen dan bulat yang kemudian difagosit oleh lekosit polymorfonuclear normal.

Sel LE ditemukan pertama kali pada tahun 1948 oleh hematologist klinis Amerika, Malcolm Hargraves dan Robert Morton bersama seorang teknisi laboratorium Helen Richmond. Mereka telah mengamati dua fenomena yang tidak biasa pada beberapa sediaan sumsum tulang, yang mereka sebut sebagai “sel tart” dan “sel LE”.

Pengujian ini terutama digunakan untuk mendiagnosis lupus eritematosus sistemik (SLE). Sekitar 50% sampai 75% dari pasien dengan lupus mempunyai tes positif. Namun, beberapa pasien dengan rheumatoid arthritis, skleroderma, dan drug-induced lupus erythematosus juga memiliki tes sel LE positif.

Prosedur

Pemeriksaan sel LE dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : cara Magath dan Winkle (modifikasi dari Zimmer dan Hargraves), cara Zinkham dan Conley, dan cara Mudrick.
  1. Cara Magath dan Winkle (modifikasi dari Zimmer dan Hargraves)Kumpulkan darah vena 8-10 ml dan biarkan darah itu membeku dalam tabung kering dan bersih. Biarkan 2 jam pada suhu kamar atau 30 menit dalam pengeram dengan suhu 37oC. Pisahkan bekuan dari serum lalu bekuan itu digerus dan disaring melalui saringan kawat tembaga. Hasil saringan dimasukkan dalam tabung Wintrobe dan dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Buang serum bagian atas, ambil lapisan sel paling atas (buffycoat) dengan pipet pastur lalu teteskan di atas obyek glass dan buat sediaan apus. Warnai sediaan dengan larutan pewarna Giemsa atau Wright dan cari sel-sel LE di bawah mikroskop.
  2. Cara Zinkham dan ConleyKumpulkan darah vena 8-10 ml, biarkan pada suhu kamar selama 90 menit. Kocok darah tersebut dengan alat rotator selama 30 menit. Masukkan darah tersebut ke dalam tabung Wintrobe dan pusingkan selam 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Buat sediaan apus seperti cara di atas.
  3. Cara MudrickAmbil darah kapiler dan masukkan ke dalam tabung kapiler yang dilapisi heparin seperti yang dipakai untuk mikrohematokrit. Tutuplah salah satu ujung tabung tersebut dengan dempul dan pusingkan selama 1 menit dengan centrifuge mikrohematokrit. Masukkan kawat baja halus ke dalam tabung kapiler dan putar-putarlah kawat itu untuk mencampur buffycoat dengan plasma dan untuk merusak lekosit-lekosit. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC atau biarkan selama 2 jam pada suhu kamar. Pusingkan lagi seperti di atas. Kemudian patahkan tabung kapiler dekat lapisan buffycoat lalu sentuhkan ujung tabung yang dipatahkan itu ke permukaan kaca obyek dan buatlah sediaan apus. Warnai sediaan dengan Giemsa atau Wright dan periksa di bawah mikroskop untuk mencari sel-sel LE.
Sel LE tampak sebagai massa homogen yang difagosit oleh lekosit polymorphonuclear. Sel LE sering tampak seperti kue tart, sehingga juga disebut sel tart. Massa homogen yang dikelilingi oleh banyak se lekosit polymorphonuclear dikenal dengan nama sel rosette; sel ini dianggap sebagai sel LE yang belum sempurna atau sel pre-LE.

Pembentukan sel LE berlaku in vitro saja karena memerlukan adanya sel-sel lekosit yang rusak. Teknik membuat sediaan sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium.

Adanya sel LE merupakan bukti adanya autoantibodi atau faktor LE. Tidak menemukan sel LE bukan berarti tidak adanya penyakit SLE pada pasien yang bersangkutan. Tes sel LE kini jarang dilakukan karena tes yang lebih baik sekarang ada untuk membantu mendiagnosis lupus.


Nilai Rujukan

Hasil normal : negatif

Pengukuran D-dimer


D-Dimer adalah suatu fragmen degradasi fibrin yang dihasilkan setelah berlangsung fibrinolisis. Dinamakan demikian karena mengandung dua fragmen silang D protein fibrin. Kadar D-dimer digunakan untuk membantu mendiagnosis trombosis. Sejak diperkenalkan pada tahun 1990-an, ia telah menjadi tes penting yang dilakukan pada pasien yang diduga terdapat gangguan trombotik.

Bila vena atau arteri yang terluka dan darah mulai bocor, maka faktor-faktor pembekuan diaktifkan dalam urutan langkah-langkah pembekuan (disebut kaskade koagulasi) untuk membatasi pendarahan dan menciptakan gumpalan yang menyumbat luka. Gumpalan tersebut adalah benang protein yang disebut fibrin.

Setelah memiliki waktu untuk menyembuhkan daerah cedera tersebut, tubuh menggunakan protein yang disebut plasmin untuk memecahkan gumpalan (thrombus) menjadi bagian-bagian kecil sehingga dapat dibersihkan. Proses tersebut dinamakan fibrinolisis yang menghasilkan fragmen-fragmen yang disebut produk degradasi fibrin (fibrin degradation product, FDP). Salah satu produk degradasi fibrin tersebut adalah D-dimer. Pengukuran D-dimer dapat memberitahu bahwa telah terjadi proses yang abnormal pada mekanisme pembekuan darah.

Pengukuran D-Dimer diindikasikan apabila ada dugaan trombosis vena dalam (deep vein trombosis, DVT), emboli paru (pulmonary embolus/embolism, PE), pembekuan intravaskuler menyeluruh (disseminated intravascular coagulation, DIC), arterial thromboemboli, infark myocard, dll


PROSEDUR

Metode

Pengukuran D-dimer dapat dilakukan dengan cara aglutinasi atau imunometrik menggunakan antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer. Pada cara aglutinasi, plasma penderita yang mengandung D-dimer direaksikan dengan partikel latex yang dilapisi antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer membentuk gumpalan. Penentuan titer D-dimer dilakukan dengan mengencerkan plasma dengan buffer lalu mencampurnya dengan partikel latex. Titer D-dimer adalah pengenceran plasma tertinggi yang masih menunjukkan gumpalan.

Pengukuran secara imunometrik, plasma penderita yang mengandung D-dimer diteteskan pada suatu membran yang dilapisi antibodi monoklonal D-dimer dan kemudian ditambah konjugat yang mengandung partikel berwarna. Penentuan kadar D-dimer dilakukan dengan mengukur intensitas warna yang dihasilkan.

Spesimen

Spesimen yang diperlukan untuk pengukuran D-dimer adalah plasma citrat 9:1. Kumpulkan darah vena dalm tabung bertutup biru (citrat). Cegah jangan sampai hemolisis; campur spesimen dengan lembut dengan membolak-balikkan tabung secara perlahan, tabung jangan dikocok. Spesimen dipusingkan selama 15 menit pada 4000 rpm. Pisahkan plasmanya.


NILAI RUJUKAN

Hasil normal : negatif atau kurang dari 300 ng/ml



MASALAH KLINIS

Tes D-dimer yang dipesan bersama dengan tes laboratorium lainnya dan scan imaging, untuk membantu menyingkirkan, mendiagnosa, dan memantau penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas, kecenderungan untuk membeku yang tidak normal. Salah satu yang paling umum dari kondisi-kondisi ini adalah trombosis vena dalam (DVT), yang melibatkan pembentukan gumpalan dalam pembuluh darah dalam tubuh, yang paling sering di kaki. Gumpalan ini dapat menjadi sangat besar dan menyumbat aliran darah di kaki, menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kerusakan jaringan. Gumpalan ini dapat saja patah menjadi potongan bekuan (disebut embolus) dan berjalan ke bagian lain dari tubuh (mis. paru-paru), di mana gumpalan dapat menyebabkan embolus atau emboli paru (PE).

Gumpalan juga dapat terbentuk di daerah lain, misalnya di arteri koroner yang menyebabkan infark miokard (serangan jantung). Gumpalan juga bisa terbentuk di dalam saluran atau katup jantung, terutama ketika jantung berdetak tidak teratur (fibrilasi atrial) atau ketika katup rusak. Pembekuan juga dapat terbentuk di arteri besar sebagai akibat dari kerusakan dari aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Gumpalan seperti potongan-potongan mungkin juga patah dan menyebabkan embolus yang menghalangi pembuluh nadi di organ lain, seperti otak (menyebabkan stroke) atau ginjal.

Pemeriksaan D-dimer dapat diminta ketika pasien memiliki gejala DVT, seperti nyeri kaki, pembengkakan, perubahan warna, edema, atau gejala PE, seperti sesak nafas, batuk, dan nyeri dada yang berhubungan dengan paru-paru. D-dimer sangat berguna ketika dokter berpendapat bahwa sesuatu selain DVT atau PE menyebabkan gejala.

Pengukuran D-dimer bersama dengan tes lainnya (PT, aPTT, fibrinogen dan hitung trombosit) juga digunakan untuk membantu mendiagnosis DIC. DIC adalah suatu sindroma dimana terjadi pembentukan fibrin yang menyebar di pembuluh darah yang terjadi sebagai akibat pembentukan trombin. Proses ini diawali dengan munculnya aktifitas faktor pembekuan dalam sirkulasi yang akhirnya diikuti dengan fibrinolisis sekunder. DIC merupakan suatu kondisi yang kompleks yang dapat timbul dari berbagai situasi, seperti :
  • solusio plasenta, abruptio placenta, embolus cairan ketuban, trauma, sindrom emboli lemak, sepsis, leukemia promielositik, sindrom retensi janin meninggal, hemolisis intravascular akut, bedah pintas kardiopulmonal
  • penyakit kompleks imun, penyakit hati, sengatan panas (heat stroke), luka bakar, vaskulitis, anoksia, asidosis
  • pankreatitis akut, syok septik, gigitan ular berbisa, kehamilan, eklampsia, penyakit jantung, beberapa jenis kanker, pasca persalinan.

Pada DIC, faktor-faktor pembekuan diaktifkan dan kemudian digunakan di seluruh tubuh. Hal ini menciptakan gumpalan darah di banyak tempat dan pada saat yang sama pasien rentan terhadap perdarahan yang berlebihan. Seorang pasien menunjukkan gejala DIC, seperti pendarahan gusi, mual, muntah, otot parah dan nyeri perut, kejang dan Oliguria (penurunan output urin). Kadar D-dimer dapat digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan DIC.


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
  • Terapi antikoagulan dapat menyebabkan temuan negatif palsu
  • Kadar D-dimer akan meningkat pada orang lanjut usia
  • Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pasien dengan rheumatoid arthritis (kadar faktor rheumatoid tinggi)
  • Hipertrigliseridemi atau lipemia dan hiperbilirubinemia dapat menyebabkan temuan positif palsu
  • Sampel hemolisis disebabkan oleh pengumpulan dan penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan temuan positif palsu

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.

SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L


Masalah Klinis

Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
  • Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
  • Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
  • Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
  • Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST
  • Hemolisis sampel darah
  • Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.


Bahan bacaan :
  1. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
  2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, SI Units : Tabel Konversi Sisten Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa – Anak Parameter Laboratorium Klinik, Jakarta, 2004.
  4. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
  5. The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)


SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.

SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L


Masalah Klinis


Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
  • Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
  • Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
  • Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
  • Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
  • Hemolisis sampel
  • Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.
  • Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.


Bahan bacaan :
  1. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
  2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, SI Units : Tabel Konversi Sisten Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa – Anak Parameter Laboratorium Klinik, Jakarta, 2004.
  4. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
  5. The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.

Tes Fungsi Hati



Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver fun­ction test adalah sekelom­pok tes darah yang meng­ukur enzim atau protein ter­tentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umum­nya digunakan untuk mem­bantu men­deteksi, menilai dan meman­tau penyakit atau kerusakan hati.
Biasanya jika untuk meman­tau kon­disi hati, tes ini dilakukan secara ber­kala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko per­lukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau mun­cul gejala-gejala ter­tentu seperti jaun­dice (ikterus).
Untuk tes ini diper­lukan con­toh darah yang diam­bil dari pem­buluh balik (vena) umum­nya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diper­lukan per­siapan khusus, kecuali tes dilakukan ber­samaan dengan tes lain yang mung­kin memer­lukan per­siapan khusus.
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Ber­lokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan men­detok­sifikasi obat-obatan dan unsur-unsur yang ber­bahaya bagi tubuh. Ia juga meng­hasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pem­bekuan darah, mem­bantu keseim­bangan hor­mon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang diben­tuk oleh hati, dialirkan melalui saluran lang­sung ke usus halus untuk mem­bantu men­cerna lemak atau ke kan­dung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keper­luan kemudian.
Pel­ba­gai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan per­adangan, luka, sum­batan saluran empedu, kelainan pem­bekuan darah, dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen her­bal, serta racun juga bisa mem­berikan ancaman. Jika besar­nya kerusakan cukup ber­makna, maka akan menim­bulkan gejala-gejala jaun­dice, urine gelap, tinja ber­warna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa ber­kurang atau ber­tam­bah secara tiba-tiba. Deteksi dini pen­ting untuk diag­nosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
Tes fungsi hati, seperti yang disam­paikan sebelum­nya, meng­ukur enzim, protein dan unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati. Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa men­cer­minkan kemam­puan hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fung­sinya. Ketika dilakukan ber­samaan, tes ini mem­berikan dok­ter gam­baran kon­disi kesehatan hati, suatu indikasi keparahan akan kerusakan hati, per­ubahan status hati dalam selang waktu ter­tentu, dan merupakan batu lon­catan untuk tes diag­nosis selanjutnya.
Tes ini biasanya ber­isi beberapa tes yang dilakukan ber­samaan pada con­toh darah yang diam­bil. Ini bisa meliputi:
  • Alanine Aminotran­sferase (ALT)  — suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut seba­gai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Tran­saminase). Enzim ini ber­ada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
  • Alkaline Phos­phatase (ALP) – suatu enzim yang ter­kait dengan saluran empedu; sering­kali mening­kat jika ter­jadi sumbatan.
  • Aspar­tate Aminotran­sferase (AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa tem­pat lain di tubuh seperti jan­tung dan otot. Dulu disebut seba­gai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic Tran­saminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel paren­kim hati, umum­nya mening­kat pada infeksi akut.
  • Bilirubin – biasanya dua tes bilirubin digunakan ber­samaan (apalagi pada jaun­dice): Bilirubin total meng­ukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk meng­ukur ben­tuk yang terkonjugasi.
  • Albumin – meng­ukur protein yang dibuat oleh hati dan mem­beritahukan apakah hati mem­buat protein ini dalam jum­lah cukup atau tidak.
  • Protein total – meng­ukur semua protein (ter­masuk albumin) dalam darah, ter­masuk antibodi guna memerangi infeksi.
Ter­gan­tung pada per­tim­bangan dok­ter, beberapa tes tam­bahan mung­kin diper­lukan untuk meleng­kapi seperti GGT (gamma-glutamyl tran­sferase), LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrom­bine time).
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui atau ber­potensi ter­papar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat; individu dengan riwayat keluarga men­derita penyakit hati; mereka yang meng­on­sumsi obat yang kadang dapat merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati, beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, ber­kurang­nya selera makan, mual, mun­tah, pem­beng­kakan atau nyeri perut, jaun­dice, urine gelap, tinja ber­warna terang, pruritus (gatal-gatal).
Pada dasar­nya tidak ada tes tung­gal yang digunakan untuk menegakkan diag­nosis. Ter­kadang beberapa kali tes ber­selang diper­lukan untuk menen­tukan jika suatu pola ada dan mem­bantu menen­tukan penyebab kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap ber­lan­jut secara ber­kala untuk meman­tau ting­kat keber­hasilan ter­api atau per­jalanan penyakit.
Lalu apa makna hasil tes fungsi hati?
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diag­nos­tik untuk kon­disi spesifik; mereka meng­in­dikasikan bahwa ter­dapat kemung­kinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang tidak mem­per­lihatkan gejala atau tidak ter­in­den­tifikasi adanya fak­tor risiko, hasil tes fungsi hati yang abnor­mal bisa meng­in­dikasikan adanya per­lukaan hati semen­tara atau sesuatu yang ter­jadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pank­reas atau jan­tung. Namun juga bisa menan­dakan penyakit hati tahap awal dan memer­lukan tes lebih lan­jut dan/atau peman­tauan secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set tes dalam per­iode ter­tentu dilihat apakah memiliki pola ter­tentu. Setiap orang akan memiliki sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring ber­jalan­nya waktu. Seorang dok­ter meng­amati kom­binasi hasil-hasil tes ini guna men­dapatkan petun­juk ten­tang kon­disi yang men­dasarinya. Sering­kali, tes lebih lan­jut diper­lukan untuk menen­tukan apa sebenar­nya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati tersebut.
Tabel ber­ikut menun­jukkan beberapa kom­binasi hasil yang mung­kin ditemukan pada beberapa tipe kondisi/penyakit hati tertentu.
Jenis Kon­disi Bilirubin ALT &  AST ALP Albumin PT
Kerusakan hati akut (infeksi, racun, obat) Nor­mal atau mening­kat biasanya setelah pening­katan ALT & AST Biasanya sangat mening­kat; ALT umum­nya lebih tinggi daripada AST Nor­mal atau hanya mening­kat sedikit Nor­mal Biasanya nor­mal
Penyakit hati kronis Nor­mal atau meningkat Sedikit mening­kat Nor­mal atau sedikit meningkat Nor­mal Nor­mal
Hepatitis alkoholik Nor­mal atau meningkat AST biasanya dua kali kadar ALT Nor­mal atau lumayan meningkat Nor­mal Nor­mal
Sirosis Bisa jadi mening­kat tapi hanya pada kon­disi yang sudah berlanjut AST biasanya lebih tinggi dari ALT, namun kadar­nya biasanya lebih ren­dah daripada penyakit alkoholik Nor­mal atau meningkat Biasanya menurun Biasanya meman­jang
Obs­truksi duk­tus biliaris, kolestasis Nor­mal atau mening­kat; mening­kat pada obs­truksi penuh Nor­mal hingga lumayan meningkat Mening­kat, sering lebih tinggi 4 kali dari nilai normal Biasanya nor­mal, namun jika ber­lang­sung kronis, kadar dapat menurun Biasanya nor­mal
Kan­ker yang sudah menyebar ke hati (metastases) Biasanya nor­mal Nor­mal atau sedikit meningkat Biasanya sangat meningkat Nor­mal Nor­mal
Kan­ker yang asli ber­asal dari hati (hepatoselular karsinoma) Mung­kin mening­kat, umum­nya jika penyakit progresif AST lebih tinggi dari ALT, namun kadar lebih ren­dah daripada penyakit alkoholik Nor­mal atau meningkat Biasanya menurun Biasanya meman­jang
Autoim­mune Nor­mal atau meningkat Lumayan mening­kat Nor­mal atau sedikit meningkat Nor­mal atau menurun Nor­mal
Jika seseorang meng­on­sumsi obat yang bisa memengaruhi hatinya, maka hasil tes abnor­mal bisa jadi meng­in­dikasikan bahwa perlu meng­evaluasi lagi dosis dan pilihan medikasi. Ketika seseorang dengan penyakit hati sedang dalam peman­tauan, maka dok­ter akan meng­evaluasi apakah hasil tes menun­jukkan per­burukan atau perbaikan.
Dok­ter akan menanyakan semua obat-obatan yang sedang dikon­sumsi pasien, ter­masuk suplemen makanan & produk her­bal karena beberapa mung­kin memiliki efek poten­sial pada hati. Peng­gunaan acetaminophen ber­lebih dan alkohol misal­nya, dapat merusak hati seba­gaimana ter­papar racun misal dari jamur yang beracun.
Gejala awal penyakit hati kadang tidak ter­lalu ken­tara, karena hanya ber­upa kelelahan dan mual. Namun gejala lain akan mun­cul jika per­burukan kerusakan hati terjadi.
Tentu saja nilai tes abnor­mal bisa ter­jadi walau Anda tidak memiliki penyakit hati. Beberapa kon­disi semen­tara bisa menyebabkan­nya, misal­nya syok, luka bakar, infeksi berat, trauma otot, dehidrasi, pank­reatitis, hemolisis, dan kehamilan.

Pewarnaan SitoHistoteknologi



METODE PEMBUATAN SEDIAAN, FIKSASI,
DEHIDRASI & PENJERNIHAN

A. METODE PEMBUATAN SEDIAAN
1. Metode Oles (Smear Methods)
Adalah suatu pembuatan sediaan dengan jalan mengoles / membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
Contoh pembuatan sediaan oles :
- Pembuatan sediaan darah tipis
- Pembuatan sediaan oles dari jaringan
- Pembuatan sediaan darah tebal
- Pembuatan sediaan nanah yang tebal (nanah diencerkan dahulu dgn serum / cairan lain, bila keruh, disentrifugasi, endapan diencerkan lagi, siap dioleskan)
Beberapa pewarnaan sediaan oles : Pewarnaan Giemsa, Pewarnaan May Grunwald (larutan eosin-methylen blue dlm methyl alkohol), Pewarnaan Pappenheim, Pewarnaan Wright.

2. Metode Rentang (Spread)
Adalah suatu metode pembuatan sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada permukaan gelas benda sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Bahan yang dibuat jaringan yang tipis, misal : pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium, dsb. Dapat diamati tanpa pewarnaan / dengan pewarnaan Mallory-Acid Fuchsin : Hematoksilin ; Azure II-Eosin.

3. Metode Pencet (Squash)
Adalah metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati dengan mikroskop.
Digunakan untuk jaringan yang sel-selnya mudah lepas, misal : lien, sumsum tulang, tumor seluler dll. Diambil ± 1 mm. Pewarnaan yang digunakan : Larutan Carmine.

4. Metode Supravital
Adalah metode untuk mendapatkan sediaan dari sel / jaringan yang hidup.
Zat warna : Janus Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium mukosa mulut.

5. Metode Irisan
Suatu metode pembuatan sediaan dengan jalan membuat suatu irisan dengan tebal tertentu sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Ada 2 macam metode irisan :
- Metode irisan dengan tangan
- Metode irisan dengan mikrotom

 Metode Irisan dengan Mikrotom
Keuntungan : tebal irisan dapat diatur menurut tujuan dan kehendak pemeriksa.
 Macam-macam Mikrotom
1. Mikrotom geser (Sliding Microtome)
Disini jaringan tetap pada tempatnya sedangkan pisaunya yang bergerak. Jaringan yang akan dipotong adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dahulu. Irisan dikumpulkan pada wadah berisi air, disini pisau dan kuas harus basah.
2. Mikrotom beku (Freezing Microtome)
Alat dihubungkan dengan tabung yg berisi CO2 dingin melalui suatu pipa karet. Disini jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisau yang bergerak ke muka dan ke belakang. Digunakan dalam sediaan irisan dengan metode beku.
3. Mikrotom putar (Rotary Microtome)
Disini pisau tetap pada tempatnya sedangkan jaringan yang bergerak keatas dan kebawah. Digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode paraffin.
Cara ini banyak digunakan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibanding metode lain dan hampir semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini.
Disini irisan jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan sehingga terbentuk pita yang panjang.

B. FIKSASI
Suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel / jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Zat yang digunakan : fiksatif.
Fiksatif :
- Mempunyai kemampuan mengubah indeks bias bagian sel sehingga mudah dilihat dengan mikroskop.
- Membuat jaringan mudah menyerap zat warna.
Lama fiksatif tergantung :
- Macam jaringan
- Tebal tipisnya jaringan
- Macam fiksatif yang dipergunakan.

Macam-macam fiksatif
a. Larutan fiksatif sederhana
Hanya mengandung satu macam zat saja. Misal : etanol 70-100% ; Formaldehyde 4-10% ; Asam asetat 0,3-5% ; Asam pikrat ; asam Chromiat 0,5-1 % dll.
b. Larutan Fiksatif Majemuk / campuran
Mengandung lebih dari satu macam zat. Misal : larutan Bouin (asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial) ; Larutan Zenker (merkuri chlorida, potassium dichromate, aquadest) dll.
Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan pengikat sangat terpulas baik terutama jaringan tumor.

C. DEHIDRASI
Adalah penarikan molekul air dari dalam jaringan. Dilakukan setelah proses fiksasi, kegagalan / ketidaksempurnaan pada proses ini menyebabkan kegagalan pada langkah selanjutnya.
Sel pada jaringan hidup mengandung air ± 85% , air tidak tercampur dengan paraffin / seloidin sehingga perlu dehidrasi. Kemikalia yang digunakan : ethanol, Dioxane, Acetone dsb. Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat mulai konsentrasi rendah sampai absolut.

D. PENJERNIHAN
- Kemikalia berfungsi membuat jaringan menjadi jernih dan transparan.
- Merupakan perantara antara proses dehidrasi dengan proses penanaman.
- Bila memakai alkohol pada dehidrasi perlu dilakukan dealkoholisasi.
- Waktu yang dipergunakan tergantung dari : tebal jaringan, zat penjernih yang dipergunakan.
- Macam-macam zat penjernih :
- Xylol / Xylene
Kebaikan : prosesnya cepat, mudah didapat. Kejelekan : jaringan dapat dipindahkan ke kemikalia ini hanya dari alkohol absolut.
- Toluol / Toluene
Kebaikan : harga murah, mudah didapat, prosesnya cepat dan jaringan menjadi jernih. Kejelekan : Bila terlalu lama dalam toluen jaringan menjadi keras dan sukar diiris, jaringan dapat dipindahkan kesini dari alkohol absolut.
- Minyak Cedar
Kebaikan : hanya sedikit mengerutkan jaringan. Kejelekan : prosesnya lambat.
- Chloroform
Kebaikan : hanya sedikit pengerutan, dapat digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar. Kejelekan : mahal dan sukar dipindahkan ke paraffin
- Minyak Cengkeh
Kebaikan : proses cepat, jaringan dapat dipindahkan langsung dari alkohol 95 % , hanya sedikit pengerutan. Kejelekan : mahal harganya, sukar untuk memindahkan jaringan ke paraffin.
- Minyak Anilin
Kebaikan : proses cepat, dapat dipindahkan langsung dari alkohol 70 % dan hanya sedikit mengerutkan jaringan. Kejelekan : sukar dipindahkan ke parafin.
- n – Butyl Alkohol
Kebaikan : sangat baik untuk objek-objek yang keras dan padat. Kejelekan : memerlukan waktu lama.

METODE PARAFIN
 Kebaikan metode ini :
1. Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku / seloidin (tebal irisan > 10 µ) dengan metode parafin tebal irisan 6 µ.
2. Irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah
3. Prosesnya jauh lebih cepat.
 Kejelekan :
1. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
2. jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan
3. Sebagian besar enzim akan larut
 Urutan kerja pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin :
Fiksasi ; pencucian (washing) ; dehidrasi ; penjernihan ; infiltrasi parafin ; penanaman (embedding) ; penyayatan (section) ; penempelan (affiksing) ; deparafinasi ; pewarnaan (staining) ; penutupan (mounting) ; labelling.


METODE PARAFIN
Fiksasi
Organ yang diambil segera difiksasi, kalau diperlukan sebelum difiksasi dicuci dulu dengan larutan garam difisiologis.
Pencucian
Untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan dilakukan beberapa kali dengan cermat dan teliti.
Dehidrasi
Untuk menarik air yang terdapat didalam jaringan agar nantinya seluruh ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi oelh molekul-molekul parafin.
Dehidran yang paling banyak digunakan : alkohol (dari prosentasi rendah sampai yang absolut) setingkat demi setingkat karena untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap sel jaringan sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin.
Penjernihan
ntuk menarik alkohol/ dehidran lain dalam jaringan agar nantinya dapat digantikan molekul parafin.
Infiltrasi Parafin
Dipilih parafin yang titik cairnya 50-56OC. Sebaiknya jaringan jangan dimasukkan langsung dari zat penjernih ke parafin murni tetapi kedalam campuran zat penjernih-parafin murni untuk menghindari perubahan lingkungan yang sangat mendadak terhadap jaringan sehingga jaringan dapat mengerut.dll.
Dalam campuran : selama 10 – 30 menit
Parafin murni I : 30 – 60 menit \
Parafin murni II : 30 – 60 menit } Tujuan : Agar jaringan mendapatkan
Parafin murni III : 30 – 60 menit / parafin yang betul murni.
Juga untuk mencegah tertahannya sejumlah besar zat penjernih didalam jaringan yang akan melunakkan jaringan dan membuat jaringan sukar diiris.

Penanaman Dalam Jaringan
Parafin yang digunakan mempeunyai titik cair yang sama dengan parafin untuk infiltrasi. Setelah jaringan dianggap cukup waktunya dalam parafin III tuangkan parafin murni kedalam kotak karton hingga penuh.
Ambil jaringan dengan cepat dari parafin III masukkan kotak yang berisi parafin cair dan usahakan tidak terjadi gelembung udara didalam blok, gelembung udara terjadi karena kecepatan pembekuan parafin yang tidak sama didalam kotok karton.
Penyayatan
Bila akan menempelkan irisan jaringan pada gelas benda, maka disiapkan dahulu alat / bahan sebagai berikut :
1. Gelas benda
2. Albumin Mayer untuk merekatkan jaringan pada gelas benda
3. Meja pemanas (hot Plate) : tempat pemanasan yang berfungsi untuk merentangkan irisan jaringan dan merekatkan jaringan pada gelas benda.
4. Pipet tetes
5. Aquadest
6. Sonde
Cara penempelan :
Teteskan setetes albumin Mayer pada gelas benda dan diratakan seluruh permukaan. Tetesilah aquadest (agar irisan jaringan yang akan diletakkan terentangm tidak melipat), lalu jaringan diletakkan dan angkat gelas benda letakkan pada meja pemanas. Atur letak irisan dengan 2 sonde. Dalam satu gelas benda dapat ditempel 1-2 irisan tergantung besar kecilnya jaringan. Setelah kering, siap untuk diwarnai tetapi dapat juga disimpan untuk beberapa hari.
Pewarnaan
Deparafinasi : menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan. Caranya : merendam gelas benda yang berisi irisan jaringan kedalam Xylene ± 15 menit.
Berikutnya : Masukkan kedalam alkohol 96 %, 80 %, 70 %, dst sampai aquadest dengan waktu beberapa detik / 3-4 kali celupan. Masukkan kedalam larutan zat warna aquosa.

Pewarnaan Hematoxylin-Eosin
- Deparafinasi dengan xylene
- Kelebihan xylene diisap dengan kertas filter melalui tepi gelas benda.
- Celup sebentar dalam alkohol 96%, kemudian 80%, 70%, 50%, 30%, aquadest.
- Masukkan kedalam larutan Hematoxylin dengan waktu tertentu : 3-7 detik.
- Air mengalir : 10 menit. Cuci aquadest sebentar.
- Masukkan sebentar saja berturut-turut mulai dari alkohol 30%, 50%, 70%.
- Kemudian kedalam larutan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%) 1-3 menit.
- Pewarnaan selesai, tetapi jaringan tidak dapat ditutup langsung dengan Canada balsam, karena Canada balsam dilarutkan dalam xylene, sedangkan jaringan masih berada dalam media alkohol 70% sehingga jaringan harus dibawa ke media xylene dulu.
- Dari larutan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%) selanjutnya berturut-turut masukkan ke alkohol 70%, 80%, 96%, alkohol absolut, masing-masing sebentar saja.
- Masukkan xylene ± 10 menit (xylene berfungsi untukl mengantar ke canada balsam juga berfungsi untuk menjernihkan jaringan yang sudah terpulas).
- Jrigan ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan Canada balsam terlebih dahulu.
Pelabelan
Label dituliskan : nama spesies, nama organ / jaringan, potongan melintang / membujur, pewarnaan yang digunakan, tanggal pembuatan.

Metode Pewarnaan
Metode Hasil
Hematoxylin-Eosin Biru (hematoxylin)
Sitoplasma basofilik, nukleus, bakteri, Ca. Merah (eosin)
Sitoplasma, jaringan ikat dan semua jaringan lain.
Van Gieson Kuning (as. pikrat)
Sitoplasma, otot, amiloid, fibrin, fibrinoid. Merah (fuchsin)
Jaringan ikat, hyalin. Hitam (iron hematoxylin)
Nukleus
Elastic Stain Hitam (resorchin-fuchsin)
Serabut elastik
Merah (nuklear fast red)
Nukleus
Elastic-Van Gieson (E.V.G) Kombinasi
Azan Merah (Azocarmine)
Nukleus, eritrosit, fibrin, fibrinoid, sitoplasma acidofilik Biru (Aniline blue, Orange G)
Serabut kolagen, sitoplasma basofilik, mukus.
Silver Stain Hitam (ammoniakal AgNO3)
Serabut retikulum, serabut saraf. Abu-abu
Serabut kolagen
Fat stain Merah (Sudan III, Scarlet Red)
Lemak netral Biru (Hematoxylin)
Nukleus, sitoplasma
Congo Red Merah (Congo Red)
Amyloid Biru (Hematoxylin)
Nukleus
Weigerts Fibrin Stain Biru (Lugol Solution)
........
Merah (Nuclear Fast Red)
......................
Berlin Blue Reaction Biru (Ca. Ferrocyanid)
Hemosiderin, Fe3+ Merah (Nuclear Fast Red)
Nukleus
Giemsa Biru (metil violet)
Nukleus, semua substansi basofilik. Merah (azur-eosin)
Eosinofil, sitoplasma, granula, serabut kolagen.
Ziehl-Neelsen Merah (carbol Fuchsin)
Basil tbc, Lepra Biru
Hemalum
Nukleus
Periodic Acid Schiff Reaction (PAS) Merah (Schiff Reagent)
Adjacent hydroxyl Groups & amino-alkohol.


PERIODIC ACID SCHIFF (PAS)

Prinsip :
Setelah pengecatan karbohidrat dipecah oleh periodic acid menjadi aldehid dan aldehid bereaksi dengan reagen Schiff membentuk warna merah.
Reagen :
Asam Periodat 0,5% dan Schiff (100 ml)
Reagen Schiff :
1 gr Basic Fuchsin dilarutkan dalam 200 cc aquades panas, dinginkan 50OC. Tambah bubuk padat sodium metabisulfid 2 gr, kocok sampai rata. Tambahkan HCl 10 cc, diamkan pada suhu kamar yang gelap 24 jam. Setelah itu tambah norit 0,5 gr kocok sampai rata (merah jadi hitam), pada pemakaian disaring hingga jernih.
Prosedur :
- Deparafinisasi, cuci dengan air.
- Tambahkan periodic acid selama 5 menit, tambahkan cat Schiff selama 15 menit. Cuci air 15-20 menit (sampai jaringan berwarna merah muda)
- Beri reagent Harris Hematoksilin 6 menit, cuci dgn air untuk melarutkan Harris Hematoksilin.
- Beri acid alkohol 3-5 menit
- Cuci dengan air, baru kmd diberi amonium water sampai warna biru hilang.
- Lakukan dehidrasi, clearing, mounting.
Interpretasi :
Sitoplasma merah

KANKER

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cendrung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Kategori kanker
- Karsinoma adalah kanker jaringan epitel termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus.
- Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dam limpa) dam Limfoma Malignum.
- Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.
- Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat.
- Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi pra invasif.
Patogenesa :
Etiologi tidak jelas, ada beberapa teori :
- Genetik - Hormon
- Lingkungan - Virus

Teori Genetik
Keganasan terjadi akibat dari mutasi gen yang mempengaruhi proses pertumbuhan kemudian berkembang abnormal (ganas).
Teori Lingkungan
Keadaan lingkungan bisa mendorong/merangsang terjadinya keganasan. Misal : lingk. Pabrik banyak menghasilkan bahan carcinogenik.
Teori Hormon
Hormon dapat menyebabkan keganasan . misal : estrogen pada pil KB dikombinasi dgn progesteron sehingga tidak begitu bahaya.
Teori Virus
- Virus dalam tubuh mempunyai efek lisis steady state effect, incorporated.
- Incorporated : terjadi ikatan antara DNA/RNA virus dengan DNA sel sehingga ganas. Sel yang ganas pada keadaan yang memungkinkan : Inisiator dan Promotor
- Inisiator : bahan /jasad renik yang menyebabkan carcinogenesis
- Promotor : Bahan dari lingkungan / jasad renik / sesuatu yang dapat mendorong terjadinya carcinogenesis.
- Promotor dan inisiator pada proses carcinogenesis bekerja satu sama lain.


CARCINOGENESIS CERVIC
Cervic merupakan pertemuan antara epitel columnar (dalam uteri) dan Squamosa vagina, seringterjadi keganasan.
Carsinoma Cervic dapat dideteksi dengan metode PAP Smear. Faktor insidense adalah :
- Sex terlalu muda (<17 tahun)
- Ganti-ganti pasangan.
- Wanita yang banyak melakukan perkawinan
- Tingkat sosial ekonomi yang berhubungan hygiene sanitasi.

Deteksi :
1. PAP Smear
2. Schiller Test
3. Biopsi Kemudian diperiksa secara Patologi Anatomi

Keterangan :
Schiller Test adalah suatu cara dgn pengecatan biasa dgn larutan Iodium dab Potassium Chlor.
Prinsip :
Pada sel yang mengalami keganasan jumlah glikogennya kecil, hasilnya pucat. Pada sel-sel normaljumlah glikogen banyak (warna coklat : normal, tidak berwarna ganas) tapi ada juga positif palsu yaitu pada hiperplasia dan displasia. Jumlah glikogen kecil sekali namun juga merupakan gejala dini dari suatu keganasan.

PEWARNAAN PAPANICOLAOU (GURR, 1960)

Reagen yang diperlukan :
a. Hematoxylin Ehrlich / Harris
b. Orange G
- Phosphotungstic Acid 1 % aquosa 1,5 ml
- Alkohol absolut 95 ml
- Aquadest 3,5 ml
c. Papanicolaou 0,7 gram
Alkohol 95 % 100 ml
Letakkan dalam botol dan sumbatlah botol dengan kain katun kemudian panaskan dalam bak yang berisi air panas hingga larut. Dinginkan kemudian saring dengan kertas saring.

Prosedur
1. Sediaan apus yang masih basah, difiksasi dalam campuran eter + alkohol absolut (dalam volume yang sama) selama 5-15 menit.
2. Cuci berturut-turut dalam alkohol 90%, 70% dan 50%.
3. Cuci dalam aquadest
4. Warnai dalam Hematoxylin Ehrlich / Harris selama 5-10 menit.
5. Cuci lagi dalam aquadest
6. Diferensiasi dalam 0,5% HCl, cuci dalam aquadest.
7. Celup dalam aquadest dimana ditambahkan 3 tetes Lithium Carbonat jenuh dalam setiap 100 ml aquadest.
8. Cuci seluruhnya dalam aquadest
9. Cuci berturut-turut dalam alkohol 50%, 70% dan 90%
10. Warnai selama 1 menit dalam larutan Orange G
11. Cuci seluruhnya dalam alkohol 95% untuk menghilangkan kelebihan zat warna.
12. Warnai selama 2 menit dalam Papanicolaou
13. Cuci selama 5-10 menit dalam setiap Staning Jar yang berisi alkohol 95% (disini ada 3 buah Staining-Jar yang berisi alkohol 95%.
14. Cuci dalam alkohol absolut
15. Jernihkan dalam xylene dan tutup dalam Dpx atau Crystalite.

Analisa Sperma dalam Kimia Klinik



BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian
Yang diartikan mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau dengan kata lain steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.

Andrologi
Menurut kamus kedokteran artinya ilmu tentang pria dengan objek sistem reproduksi pria. Jadi Andrologi adalah disiplin ilmu kedokteran yang bergerak dalam bidang sistem reproduksi pria, dimulai dari kandungan sampai dewasa, berbagai kelainan bawaan/ kelainan dapatan, terapi infertilitas dan gangguan fungsi seks serta pengaturan fertilitas pada pria.
Setiap pemeriksaan andrologi seyogyanya dilengkapi dengan pemeriksaan sperma, sebab hasil-hasilnya mempunyai arti penting dalam diagnosa andrologi. Karena pemeriksaan sperma bertujuan untuk meneliti segala unsur-unsur sperma.

Komposisi sperma
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.

Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang ± 50 µ, kepala berbentuk oval (lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 µ dan panjang 4-5 µ. Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE (corona penetrating enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus dan CPE untuk menembus corona radiata.

Spermatozoa abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, penyakit.

Plasma semen
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau fraksi yaitu :
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml. Diduga berfungsi untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal dari epididimis. Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa (yang non motil). Volume ± 0,5 ml.

Kandungan zat kimia semen
1. Fruktosa
- Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
- Berada dalam plasma semen
- Sumber energi bagi motiitas spematozoa
- 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menjaga keseimbangan osmotik semen
- Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
- Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
- Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
- Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
- Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
- Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan untuk vasodilatasi pembuluh darah.
- Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
- Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.


BAB II
PERSIAPAN DAN SAMPLING

Persiapan dan Persyaratan
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium.

Cara memperoleh Sperma
Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita harus maklum, bahwa pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing atau tinja, karena bahan-bahan yang terakhir itu dengan wajar dapat dikeluarkan oleh penderita. Tetapi masalah memperoleh sperma yang akan diperiksa merupakan persoalan tersendiri untuk penderita. Hal ini dapat dimengerti, sebab tidak pada setiap kesempatan seseorang dapat mengeluarkan sperma. Adapun cara-cara yang digunakan untuk memperoleh sampel sperma yaitu dengan :
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan. Tindakan ini berupa menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi ketegangan dan pada klimaks akan keluar sperma. Sebelum melakukan masturbasi hendaknya penis dicuci dahulu agar tidak tercemar oleh kotoran. Untuk mempermudah masturbasi kadang-kadang dalam menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun, krim atau jelly. Tetapi saat dipakai jangan sampai mencapai lubang keluarnya sperma. Kebaikan dari cara ini, di samping menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknya dari botol kaca yang bersih, kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan keluar sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh sampel sperma untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil pemeriksaannya mendapatkan hasil dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sperma yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa tahap, paling sedikit dua tahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung spermatozoa yang terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit saja atau bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa yang terbanyak. Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak menjamin bahwa sebagian besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di vagina sehingga mengakibatkan kita memperoleh sampel sperma yang tidak lengkap, sehingga memberikan hasil yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk menampung mani tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat pada permukaan karet kondom mengandung suatu bahan yang bersifat spermicidal yang mempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. Selain daripada itu kemungkinan terjadi tumpahnya sperma sewaktu pelepasan kondom atau menuangkan ke botol penampung. Tetapi ada beberapa kondom khusus yang dipergunakan untuk keperluan penampungan sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah dengan vibrator. Alat ini mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan permukaan halus, dapat digerakkan dengan baterai yang menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis, akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks Pasca Sanggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan karena dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.

Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau plastik yang bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Wadah harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.

Penyerahan sampel sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya diserahkan kepada petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan karena beberapa parameter sperma mempunyai sifat mudah berubah oleh karena pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah pH, viskositas, motiltas dan berbagai sifat biokimianya.

Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat pengeluaran sperma dan lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40OC, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.

Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia janganlah minum obat - obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat – obatan. Kalau perlu dicatat obat yang dimakan dalam 1-2 minggu sebelum analisis dilakukan.


BAB III
PEMERIKSAAN SPERMA

Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia sperma. Dalam pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah mengukur parameter yang diperlukan sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan tidak memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma

B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)

C. Pemeriksaan Kimiawi dan enzim
1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)

A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan volume, warna kekeruhan dan kentalnya mani, selain itu biasanya pH juga diperiksa. Mengukur volume dilakukan dengan memindahkan ejakulat kedalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin. Untuk sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap menunjukkan suatu sifat kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma yang termudah dengan jalan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang panjangnya antara 3-5 cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya. Pengukuran viscositas seperti tersebut diatas sifatnya sangat subyektif dan tergantung dari keterampilan si pemeriksa. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur suatu viscositas dengan mempergunakan suatu pipet standar yang disebut Pipet Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.
Prosedur :
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
- Kemudian tekanan dilepaskan.
- Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.
Normal : 1-2 detik
Catatan :
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-enzim kelenjar prostat. Perlu ditekankan bahwa viscositas sangat erat hubungannya dengan motilitas spermatozoa, artinya viscositas yang tinggi sering disertai dengan motilitas yang rendah.
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang <> 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH <> 6 ml
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
Hyperspermia disebabkan oleh abstinensi yang terlalu lama dan kelenjar genitalia tambahan terlalu aktif.

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah dikeluarkan. Adapun pemeriksaan mikroskopis yang umum dilakukan meliputi :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan bergelombang keujung ekor. Gelombang itu makin ke ekor makin lemah. Gerakan kedua bersifat sirkuler. Energi yang keujung ekor itu tidak lurus kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa, seluruh tubuh spermatozoa mulai dari kepala sampai ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan ke depan. Hal ini menyebabkan gerak lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar ekor yang teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal manusia ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu kira-kira 20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang dapat bergerak normal pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal katakanlah bentuk terato maka arah gerakan tak mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian tak ideal untuk memperoleh gerak lurus . Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian kepala yang masih tertempel oleh sisa sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan terganggunya gerak lurus ke depan dan lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa, yaitu :
 Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
 Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik, dianggap spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek.
Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur. Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang timbul akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain (aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
 Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar. Sebab kalau sebuah pipet telah pernah digunakan untuk satu sperma, kemudian dipergunakan untuk sperma lainnya akan ada unsur pada sperma pertama yang terpindahkan ke sperma kedua. Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka kemungkinan akan dinilai tidak azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa dari sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.

Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat : - Objek Glass - Pipet tetes
- Cover glass - Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
• Bergerak aktif (%)
• Bergerak tidak aktif (%)
• Tidak bergerak (%)

d. Penilaian motilitas spermatozoa
Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan sebagai berikut :
• Spermatozoa yang bergerak aktif adalah spermatozoa yang bergerak cepat ke depan, lincah dan aktif (%)
• Spermatozoa yang kurang aktif bergerak adalah spermatozoa yang bergerak berputar di tempat (%)
• Spermatozoa tidak bergerak (%).
• Jumlah spermatozoa yang aktif ditentukan dalam persen (%). Misalnya : jumlah spermatozoa 110 yang bergerak aktif 50 maka spermatozoa yang aktif adalah 50/110 x 100% = 45,5%
• Besar kecilnya tetesen dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada motilitas spermatozoa. Sebelum diteteskan sperma terlebih dahulu diaduk rata sehingga homogen. Motilitas spermatozoa biasanya dilihat setelah terjadi likuefaksi lengkap.
• Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah gelas obyek ditempelkan. Bila terlalu lama dibiarkan baru kemudian diperiksa akan terjadi perbedaan dalam miotilitas spermatozoa.
• Untuk tahap permulaan sediaan diperiksa dengan pembesaran objektif 10 x. Setelah itu diganti dengan pembesaran objektif 40 x
• Dalam keadaan normal yang motil aktif harus diatas 70%, yang motil lemah dibawah 20% dan tidak motil dibawah 0%.
e. Berkurangnya derajat motilitas
Spermatozoa akan berkurang motilitasnya bila dibiarkan setelah ejakulasi. Angka yang dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, semakin banyak waktu lewat, semakin berkurang motilitas spermatozoa. Penilaiannya :
- Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi 70% atau lebih spermatozoa aktif, angka itu terus menerus menurun sehingga menjadi 50% sekitar 5 jam lewat ejakulasi.
- Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20% dalam waktu 2-3 jam.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur laboratorium harus dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
- Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan motilitas dari jam ke jam, berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.

2. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa
Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok, spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Maka dari itu perlu dibedakan lagi antara spermatozoa yang hidup dengan spermatozoa yang mati. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan vitalitas spermatozoa.
Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital staining. Cara ini digunakan untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.
Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.

Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
- Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna masuk ke dalam sel.
- Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih utuh, tak dapat ditembus zat warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru, jangan terlalu kental dan jangan banyak endapan.

3. Pemeriksaan Jumlah Spermatozoa
Menghitung jumlah spermatozoa dapat dilakukan dengan metode hemocytometer biasa menggunakan pipet Thoma atau dengan modifikasi hemocytometer dengan pengenceran dalam tabung menggunakan Clinipette. Larutan yang biasa yang dipergunakan ialah larutan pengencer 5% Natrium bikarbonat dalam aquadest ditambah dengan formaldehide 1 ml.
Larutan pengencer ini juga bertindak sebagai zat spermisida yang mematikan spermatozoa, serta merupakan garam fisiologis. Dengan demikian spermatozoa yang terdapat didalam kamar hitung dapat lebih cermat dihitung.
Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara :
1. Jumlah Spermatozoa per ml ejakulat.
2. Jumlah Spermatozoa per volume ejakulat.
Namun yang umum dipakai adalah spermatozoa per ml ejakulat. Bilamana menghendaki perhitungan untuk seluruh ejakulat, tinggal mengalikan dengan volume ejakulat.

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sperma yang terdapat dalam sampel sperma yang diperiksa.
Prinsip : Sampel sperma diencerkan dalam pipet lekosit dengan larutan pengencer tertentu, diperiksa dalam bilik hitung.
Alat : - Kamar hitung Improved Neubauer atau Burker
- Pipet Thoma leukosit atau eryhtrosit
- Kertas saring / tissue
Reagensia :
Larutan Pengencer Sperma :
- NaHCO3 ...............................5 gram
- Formalin 5%,..............................1 ml
- Larutan Eosin 2%.......................5 ml
- Aquadest add.........................100 ml
Prosedur :
Cara Pipet Thoma :
- Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
- Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
- Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus (vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung clinipette ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 – 70 juta / ml

Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan pipet eryhtrosit sebagai pipet pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat dan pengencer 101. pengenceran pipet 200x dikalikan untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran menggunakan Clinipette dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai dengan keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium bikarbonat maka dapat digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.

4. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa
Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang. Untuk pemeriksaan morfologi ini dimulai dengan pembuatan preparat smear di atas objek glass, yang dibiarkan kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan.
Agar memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi spermatozoa dilakukan pengecatan khusus. Terdapat berbagai macam pengecatan guna memeriksa morfologi spermatozoa, diantaranya Giemsa, Wright, Romanowsky, May Grunwald, Kiewit de Jong.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan morfologi sperma dalam sampel yang diperiksa.
Prinsip : Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci, dikeringkan dan diperiksa morfologi sperma dibawah mikroskop dengan anisol perbesaran 10 x 100.
Alat – alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Rak dan Bak pewarnaan
- Mikroskop
- Botol semprot
- Lampu spritus
Reagensia : Karbol Fuchsin 0,25 %
Cara Kerja :
a. Cara Karbol Fuchsin
- Setetes sperma dibuat hapusan diatas objek glass.
- Difiksasi dengan nyala api 2 – 5 kali
- Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 Menit, dicuci dengan air.
- Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
b. Cara Giemsa
- Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit.
- Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5 ml aquades) selama 20 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
c. Cara Hematoxilin Meyer
- Sediaan hapus ditetesi larutan formalin 10% selama 1 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest.
- Sediaan dicat dengan hematoksilin menurut Meyer selama 2 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
d. Cara O.Steeno
- Sediaan hapus dimasukkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit dan dikeringkan diudara.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan safranin 0,1% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dalam air buffer dua kali.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan kristal violet 0,25% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
e. Cara lain dengan Fast Green, Wright, Bryan/leishman, Papanicolou, Romanowsky dan lainnya.
Morfologi spermatozoa :
• Spermatozoa Normal :
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
• Spermatozoa Abnormal :
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
 Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala >5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala <3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air, bagian runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.
Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin
Spermatozoa imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak besarnya separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala, bagian tengah maupun pada ekor spermatozoa.

• Leukosit dalam sperma :
Dalam sperma kecuali terdapat spermatozoa juga terdapat rundzellen / round cell atau sel bundar yang terdiri dari leukosit dan sel-sel spermiogenesis. Dalam keadaan biasa terdapat leukosit dalam sperma, jumlahnya meningkat melebihi normal akan berpengaruh terhadap gambaran spermiogenesis, sehingga perlu dilakukan penghitungan leukosit.
• Menghitung rundzellen (sel bundar) :
Karena terdiri dari dua sel yaitu sel muda sperma dan leukosit, maka untuk membedakannya dapat dilakukan penghitungan sebagai berikut :
- 1 tetes sperma ditambah 1 tetes larutan Sedicolor (larutan Methylen Blue) diaduk rata diobjek glass, dibiarkan beberapa menit, diperiksa di mikroskop dengan pembesaran 400-600 kali.
- Dilakukan diferensiasi antara sel spermatozoa muda dan leukosit yang dinyatakan dalam 100%.
- Ciri-ciri sel :
Sel spermiogenesis : Dinding sel tampak tebal dengan inti yang kompak.
Leukosit : Dinding kelihatan tipis dengan inti yang khas untuk leukosit.
- Dihitung 100-200 sel bundar dan cara ini dilakukan jika junlah sel bundar per Lp lebih dari 6-10.
Jika pada sediaan jelas terlihat adanya leukosit maka dapat dipakai cara tanpa pengecatan, yaitu :
- 0,1 ml sperma diteteskan diatas objek glass lalu ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa dengan pembesaran 400-600 kali.
- Jika didapat sel leukosit 6-10/Lp atau lebih, kemungkinan menunjukkan adanya infeksi pada traktus genitalis.

5. Aglutinasi Spermatozoa
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau perlekatan antara satu spermatozoa dengan beberapa spermatozoa yang lain. Aglutinasi spermatozoa dapat disebabkan oleh faktor imunologis dan non-imunologis. Cara membedakan keduanya dengan mengukur titer antibodi yang terdapat pada pasangan suami isteri. Namun guna informasi pendahuluan proses aglutinasi spermatozoa, dapat dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis.
Kalau terjadi aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan yang lain. Kalau dengan penambahan garam fisiologis spermatozoa lepas satu dengan yang lain, maka aglutinasi tersebut adalah aglutinasi palsu.
Cara lain oleh Hellinga (1976)
Setetes sperma segar, setelah likuefaksi total, diletakkan pada objek glass, lalu ditutup dengan gelas penutup. Sediaan dibiarkan tidak disentuh sedikitpun selama paling tidak 1 jam. Pada sperma tertentu akan terjadi penggumpalan satu dengan yang lain.
Macam-macam aglutinasi atau penggerombolan spermatozoa tersebut yaitu :
a. Aglutinasi ekor dan ekor
Pada keadaan ini ujung atau bagian ekor yang lebih proksimal bersentuhan atau berlekatan satu dengan yang lain, sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan tail to tail agglutination (TT).
b. Aglutinasi kepala dan kepala
Pada keadaan ini kepala spermatozoa saling berlekatan atau bergerombol, sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan head to head agglutination (HH).
c. Aglutinasi kepala dengan ekor
Pafa keadaan ini kepala satu spermatozoa atau lebih berlekatan dengan ekor sebuah spermatozoa atau lebih. Ini dinamakan head to tail agglutination (HT).
d. Spermatozoa saling menggerombol atau melekat pada suatu sel muda spermatozoa, epitel atau lain-lain benda pada sperma.
e. Spermatozoa dapat menggerombol seperti benang pada pinggir daerah sperma tertentu. Ini dinamakan aglutinasi rantai (string agglutination).

6. Benda-benda khusus spermatozoa
Didalam sperma kecuali spermatozoa dan spermatozoa muda, terdapat benda-benda khusus lainnya. Benda-benda itu berasal dari saluran genital atau kelenjar asesoria atau benda-benda lain baik hidup maupun benda mati.
a. Benda-benda mati
-Sel epitil
Biasanya berupa sel epitil pipih, yang berasal dari lepasan sel pada saluran urogenitalis. Sel pada traktus urogenitalis memang mudah lepas, apalagi kalau terjadi proses keradangan, sehingga tambahan diagnostik untuk sesuatu keradangan.
-Kristal-kristal
Kristal-kristal ini berasal dari kelenjar-kelenjar asesoria.kristal yang banyak dijumpai pada sperma : fosfat, urat dan sitrat.
-Lemak
Lemak dalam sperma berasal dari kelenjar prostat, berbentuk bundar jernih. Benda ini tak banyak artinya dalam klinis.
-Benda prostat
Berasal dari prostat, berbentuk bundar tepinya tidak rata, serta tidak berinti.
b. Benda-benda hidup
-Bakteri
Bakteri ini berasal dari infeksi traktus urogenitalis, benruknya tak nampak jelas.
-Protozoa
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas, amoeba dan Clamydia trachomatis.
-Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.

C. Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan menyusun warna merah.
Parameter : Penetapan Fruktosa
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang bertalian dengan kadar testosteron.
Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan pemanasan, furfural yang terjadi akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun senyawa yang berwarna merah.
Reagensia :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam 1000 ml aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila disimpan dalan lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam benzoat 0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.

Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4, campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml cairan atas dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air/ aquadest.
Blanko Standard Sampel
Aquadest 2 ml -- --
Standard -- 2 ml --
Sampel -- -- 2 ml
Resorsinol 2 ml 2 ml 2 ml
HCl 6 ml 6 ml 6 ml

3. Kepada tabung T, S dan B masing dibubuhkan 2 ml resorsinol dan 6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC selama 10 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl fruktosa mani.

Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar fruktosa menurun. Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa dalam mani menjadi nol.



BAB IV
TERMINOLOGI

Berikut beberapa terminalogi yang dipergunakan dalam spermatologi :
1. Azoospermia : Dalam ejakulat tidak terdapat / ditemukan sperma
2. Aspermatogenesis : Tidak terjadi pembuatan spermatozoa di dalam testis.
3. Aspermia : Tidak terdapat ejakulat
4. Normospermia : Jumlah volume sperma 2-5 ml.
5. Hypospermia : Volume ejakulat kurang dari 1 ml
6. Hyperspermia : Volume ejakulat lebih dari 6 ml
7. Hypospermatogenesis : Proses pembentukan spermatozoa sangat sedikit didalam testis.
8. Oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah kriteria normal (di bawah 20 juta tiap ml sperma)
9. Normozoospermia : Jumlah spermatozoa dalam batas normal berkisar antara 40-200 juta/ml.
10. Asthenospermia : Jumlah spermatozoa yang bergerak dengan baik di bawah 50%.
11. Necrospermia : Semua spermatozoa dalam keadaan mati.
12. Extrem oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah 1 juta untuk tiap 1 ml ejakulat.
13. Asthenozoospermia : Spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.
14. Teratozoospermia : Bentuk spermatozoa yang abnormal lebih dari 40%.
15. Nekrozoospermia : Bila semua spermatozoa tidak ada yang bergerak atau hidup.
16. Kriptozoospermia : Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma.
17. Polizoospermia : Bila jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta per ml sperma
18. Leukospermia : Warna sperma putih keruh serupa susu karena terdapat leukosit yang banyak.
19. Hemospermia : Warna sperma kemerahan karena terdapat erythrosit yang banyak.
20. Residual Body : Sisa sitoplasma yang melekat pada spermatozoa yang belum matur.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan sampel.
-Bila pengambilan dengan cara masturbasi, jangan sampai ada sperma yang tertumpah keluar wadah atau sperma tidak semuanya dikeluarkan. Semua sperma dikeluarkan sampai tetes terakhir.
-Sperma yang telah berhasil dikeluarkan, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat yang telah ditentukan karena sifat sperma, khususnya spermatozoa mudah rusak karena pengaruh luar.
-Penyerahan sampel sperma ke laboratorium harus segera karena beberapa parameter sperma mempunyai sifat mudah berubah karena pengaruh luar . sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah pH, viskositas , motilitas spermatozoanya dan berbagai sifat biokimianya.
-Bila setelah senggama ke-1, kemudian penderita mengalami mimpi basah (night pollution), maka jarak abstinensia dihitung sejak mimpi basah. Hal ini perlu diutarakan sebab waktu 3 – 5 hari abstinensia sudah cukup untuk memulihkan kembali semua unsur sperma, baik dari sekret kelenjar asesoris alat kelamin laki – laki maupun jumlah spermatozoa dari kegiatan tubuli seminiferi.
-Abstenentia yang kurang atau lebih dari waktu yang ditentukan akan mempunyai nilai lain, dan ini menjadikan nilai hasil pemeriksaan sperma tidak sepenuhnya benar.
Pemeriksaan ulang dapat dilakukan karena pemeriksaan yang hanya satu kali belum mencerminkan spermiogram ( Gambaran ) rata – rata.
-Segera setelah di terima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar.
-Hal lain yang perlu diberitahukan kepada pasien ialah pada waktu abstensia janganlah minum obat-obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum, atau semacamnya. Hal ini agar diperlukan benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

B. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan motilitas sperma
-Tetesan pada objek glass diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda
-Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi tiap sampel sperma untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang cermat, sebab besar kecilnya tetesan dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada motilitas spermatozoa.
-Pemeriksaan harus dilakukan setelah gelas objek ditempelkan. Bila terlalu lama dibiarkan, baru kemudian diperiksa, akan terjadi perbedaan dalam motilitas spermatozoa.
-Pemeriksaan motilitas sperma biasanya dilaksanakan setelah liquefaksi terjadi keseluruhan. Pada saat itu sperma telah homogen, sehingga spermatozoa dapat lebih bebas. Liquefaksi sempurna biasanya terjadi 15- 30 menit setelah ejakulasi.
-Pemeriksaan motilitas berurutan sampai 2-3 jam seteleh ejakulasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat penurunan motilitas spermatozoa. Sebab pada keadaan normal, kemunduruan motilitas terjadi kira-kira 10-20 % dalam waktu 2 – 3 jam. Tetapi kalau dalam waktu tersebut turunnya motilitas lebih dari 20 %, berarti daya tahan motilitas spermatozoa itu berkurang.
-Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini, temperatur laboratorium harus dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
-Sperma yang diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutup. Menutupnya harus baik agar jangan sampai ada gelembung udara di dalamnya atau jangan sampai tetesan sperma luber keluar gelas penutup.
-Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi setiap sampel sperma. Untuk maksud itu tidak boleh sembarang ukuran gelas penutup dipergunakannya. Gelas penutup harus yang sama ukurannya yaitu 18 mm x 18 mm.

C. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan vitalitas
-Spermatozoa yang hidup (Viable) tidak berwarna, dengan latar belakang kemerahan, sedangkan spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna masuk kedalam sel, sel berwarna merah. Spermatozoa hidup tetap tak berwarna karena dinding sel masih utuh, tidak dapat ditembus zat warna.
-Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru jangan terlalu kental dan jangan banyak endapan.

D. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan jumlah sperma
-Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml ; kalau jumlah kurang dari 20 juta per ml , ada kemungkinan mati itu kurang memadai dalam hal fertilitas.
-Tetapi kita harus berhati – hati dalam mengambil kesimpulan seperti itu. Tidak jarang dilihat bahwa hasil pemeriksaan mani berikutnya atau yang mendahuluinya berbeda jauh. Dapat juga dilakukan pada pemeriksaan motilitas hanya sedikit sekali spermatozoa kelihatan bergerak aktif.

E. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan morfologi sperma
-Untuk sperma dengan kepadatan tinggi, tetesan dibuat kecil dan hapusannya lebih cepat dan berat dan untuk spermatozoa kepadatan rendah dibuat tetesan lebih besar dan hapusannya lebih lambat dan ringan.
-Jika jumlah kepadatan spermatozoa kurang dari 10 juta / ml sediaan hapus dibuat dari sentrifugasi dengan 2000 rpm selama 15 menit.
-Sediaan / hapusan sperma dapat diwarnai dengan cat : Giemsa, Mayer, O. Steeno, Fast green, Wright, Bryan / leishman dan papanocolou.
-Sel-sel bundar terdapat pula pada ejakulat, dan dapat diamati pada analisis sperma. Pada pemeriksaan sperma dengan pengecetan sederhana, yakni dengan metilin blue, sel – sel tersebut telah tampak sel-sel itu ialah lekosit, polimorfonuklear dan monosit.

F. Hal – hal yang harus diperhatikan pada perlakuan mikroskop
-Letakkan mikroskop ditempat yang datar dan tidak licin.
-Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut yang dibasahi dengan xylol setiap kali setelah selesai bekerja.
-Jangan merendam/membersihkan lensa dengan alkohol atau sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas.
-Bersihkan dan lumari penyangga setiap minggu.
-Periksa kelurusan sumbu kondensor setiap bulan.
-Simpanlah mikroskop ditempat yang tingkat kelembabannya rendah, dapat dengan cara memberikan lampu wolfram atau dengan silica gel.
-Jangan menyentuh lensa objektif dengan jari.
-Jangan biarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau objektif, karena kotoran akan mudah masuk.
-Saat mikroskop disimpan, lensa objektif 40 x atau 100 x tidak boleh berada lurus dibawah kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir mikrometer atau makrometernya rusak.


BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan. Seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan. Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.


DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, FK Univ. Sriwijaya Palembang .Juli 1982.
IDI, Pengaruh pajanan Pb terhadap kualitas spermatozoa, Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of the Indonesian Medical Association), Vol.51 .No.5,Mei 2001.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
Diktat Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Muhamad Muslim, SMAK Depkes Banjarmasin, Banjarbaru, 1991
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


LAMPIRAN

Daftar Nilai normal pemeriksaan spermatozoa :
1. Volume : 2-5 ml
2. Warna : berwarna putih seperti kanji, putih keabuan, putih kekuningan
3. Bau : Berbau khas seperti bunga akasia
4. pH : 6,8-7,8
5. Koagulum : Ada saat sperma baru keluar berupa gumpalan putih.
6. Liquefaksi : likuefaksi 15-20 menit.
7. Viskositas : Waktu 1 tetesan 1-2 detik. Lebih 2 detik viskositas tinggi
8. Aglutinasi : Baik aglutinasi sejati atau palsu tidak ada.
9. Leukosit : Jika lebih dari 1.000/mm ada infeksi atau pencemaran pada traktus genitalis dan atau kelenjar asesoria.
10. Motilitas : Motil aktif > 60-70%, motil tak aktif <20-30% dan tidak motil <10%.
11. Jumlah : 20-70 juta spermatozoa/ml ejakulat.
12. Viabilitas : Diatas 75% atau lebih yang hidup.
13. Morfologi Normal : Yang normal morfologinya harus diatas 75%.
14. Fruktosa : 150 – 450 mg/dl fruktosa

Thanks for paper : Triya Kurniawan, AMd.AK (Lab.RS Ansari Saleh Banjarmasin), M.Wahyuni, AMd.AK (Puskesmas Mungkur Angung, Tabalong) dan M.Rusbandi Thabit, AMd.AK (Puskesmas Nagara, HSU)
 
JAGOAN © 2011 | Designed by Chica Blogger, in collaboration with Uncharted 3, MW3 Forum and Angry Birds Online